Mahapuan, pernahkah tiba-tiba merasa marah, sedih, atau cemas tanpa sebab yang jelas? Atau mungkin ada situasi atau orang tertentu yang selalu membuat Mahapuan merasa tidak nyaman? Itu semua bisa jadi disebabkan oleh emotional triggers, yaitu pemicu yang membangkitkan reaksi emosional yang kuat dalam diri kita.
Riset dalam neurosains menunjukkan bahwa otak kita memiliki “sirkuit emosional” yang terbentuk dari pengalaman hidup kita. Ketika kita menghadapi pemicu tertentu, sirkuit ini akan diaktifkan dan memicu reaksi emosional otomatis. Richard J. Davidson dan Sharon Begley, dalam buku “The Emotional Life of Your Brain”, menjelaskan bahwa kita memiliki “gaya emosional” yang unik, yang mempengaruhi bagaimana kita bereaksi terhadap pemicu emosional.
Kabar baiknya adalah kita dapat belajar untuk mengenali dan mengelola emotional triggers kita. Berikut beberapa langkah yang dapat Mahapuan terapkan:
1. Identifikasi Pemicu Emosi
- Perhatikan pola emosi Mahapuan. Kapan dan di mana Mahapuan cenderung mengalami emosi negatif yang kuat?
- Catat situasi, orang, atau pikiran yang memicu emosi tersebut. Misalnya, kemacetan lalu lintas, konflik dengan orang tertentu, atau kenangan yang menyakitkan.
- Kenali sensasi fisik yang menyertai emosi tersebut. Apakah Mahapuan merasakan jantung berdebar, napas sesak, atau tegang pada otot?
2. Pahami Pemicu Tersebut
- Telusuri akar emosi tersebut. Apakah berhubungan dengan pengalaman masa lalu, kepercayaan yang mendalam, atau kebutuhan yang tidak terpenuhi?
- Refleksikan makna yang Mahapuan berikan pada situasi atau orang tersebut. Mengapa hal itu memicu reaksi emosional yang kuat dalam diri Mahapuan?
3. Kembangkan Strategi untuk Menghindari atau Mengelola Pemicu
- Hindari pemicu jika mungkin. Jika Mahapuan tahu bahwa berita tertentu selalu membuat Mahapuan cemas, batasi paparan Mahapuan terhadap berita tersebut.
- Ubah cara Mahapuan berpikir tentang pemicu tersebut. Jika Mahapuan sering marah karena orang lain terlambat, cobalah untuk lebih berempati dan memahami alasan keterlambatan mereka.
- Latih keterampilan regulasi emosi. Ini meliputi teknik pernapasan, relaksasi, dan mindfulness.
- Komunikasikan kebutuhan Mahapuan dengan asertif. Jika ada perilaku orang lain yang memicu emosi negatif Mahapuan, sampaikan dengan jelas dan tenang apa yang Mahapuan rasakan dan harapkan.
Langkah-langkah Penerapan
Misalnya, Mahapuan merasa cemas setiap kali harus menghadiri acara sosial yang ramai. Mahapuan khawatir akan dihakimi atau diabaikan oleh orang lain.
- Identifikasi: Mahapuan mengenali bahwa keramaian adalah pemicu kecemasan Mahapuan.
- Pahami: Mahapuan menyadari bahwa kecemasan ini berakar dari pengalaman masa lalu di mana Mahapuan pernah dipermalukan di depan umum.
- Kelola: Mahapuan mempraktikkan teknik pernapasan dan relaksasi sebelum menghadiri acara sosial. Mahapuan juga mengingatkan diri sendiri bahwa tidak semua orang akan menilai Mahapuan secara negatif.